CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Minggu, 27 Februari 2011

Sinnovation, 7 Dosa Mematikan Bagi Inovator

Sinnovation, 7 Dosa Mematikan Bagi Inovator

Pemulihan perekonomian global saat ini sedang berlangsung. Perusahaan tentunya sudah mengambil ancang-ancang untuk berinovasi demi menaklukkan pasar. Hanya saja, dalam melakukan inovasi kadang innovator melakukan seven deadly sins atau tujuh dosa mematikan yang mengakibatkan inovasi tersebut gagal.


7 Dosa tersebut:Cekidot!




1. Lust
Dosa ini terjadi ketika perusahaan berusaha untuk melakukan inovasi pada area di luar bisnisnya. Ketika ini terjadi, maka akan menimbulkan keengganan internal dan kebingungan eksternal. Karyawan enggan untuk mengerjakan inovasi tersebut karena perusahaan sebenarnya tidak punya keahlian disana, dan itu bukan merupakan bisnis yang familiar dengan mereka. Sementara itu, kebingungan eksternal juga terjadi, karena seakan perusahaan tidak focus pada bisnis yang ada.

Inovasi-inovasi yang paling sukses di dunia pada umumnya meliputi produk, layanan dan business model yang komplementer dengan yang sudah ada. Jadi, eksistensinya mendukung satu sama lain. Kemudian tim juga setuju untuk menjalankan inovasi tersebut, dan pelanggan pun dapat menerimanya.

2. Gluttony
Di seven deadly sins, gluttony terjadi karena terlalu banyak konsumsi (makan). Sementara, pada proses inovasi terjadi ketika perusahaan berusaha untuk mengejar terlalu banyak inovasi dengan sumber daya yang terlalu sedikit. Ketika mengejar beberapa inovasi sekaligus, padahal sumber daya terbatas, hasilnya tentu tidak akan optimal. Lebih baik jika berfokus pada beberapa peluang yang punya probabilitas terbesar untuk sukses, dan kerahkan seluruh sumber daya kesana.

3. Greed
Dosa ini terjadi ketika perusahaan lebih mengutamakan laba jangka pendek, namun mengorbankan growth dalam jangka panjang. Ketika perusahaan mengejar inovasi yang ditargetkan untuk 1-2 tahun mendatang, maka mereka mungkin kurang punya fokus jangka panjang. Mereka kurang memperhatikan ide dan trend terbaru di industri, sehingga berisiko untuk terlempar dari kancah persaingan ketika ada trend baru yang lebih disukai pasar.

Oleh karena itu, solusinya adalah ciptakan dua tim inovasi. Satu bertugas untuk revolusi (jangka pendek) dan lainnya lagi bertugas untuk evolusi (jangka panjang). Sehingga tidak hanya memperoleh growth jangka pendek, melainkan juga mengamankan growth jangka panjang.

General Motors kondisinya solid ketika perekonomian sedang booming, mereka punya berbagai merek produk untuk setiap segmen pasar. Namun begitu resesi, GM justru kelimpungan karena `kebesarannya`. GM jauh lebih tidak efisien dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya terutama dari Asia seperti Toyota dan Hyundai. Sehingga, akhirnya GM terpaksa harus mengalami kebangkrutan dan menjual sejumlah unit bisnisnya.

4. Sloth
Sloth atau malas, merupakan dosa keempat, dimana innovator hanya mau mengambil jalan pintas saja, dan tidak mengikuti prosedur yang seharusnya. Inovator mungkin menghadapi kondisi dimana ia ingin segera meluncurkan produk lalu merebut pangsa pasar, sehingga jadi mengambil jalan pintas ketika berinovasi.

Seharusnya prosedur memakan waktu lebih lama, namun prosedur ini dipotong sehingga proses inovasi berjalan lebih cepat. Jika prosedur yang dipangkas cukup signifikan, maka ini dapat mengancam kesuksesan dari inovasi tersebut, karena berisiko bahwa ada hal yang terlewat dari Anda ataupun karyawan mungkin bekerja terlalu lelah.

5. Wrath
Persaingan di pasar kadang sedemikian ketatnya sehingga menjadikan perusahaan terlalu berfokus pada pesaing. Perusahaan dan pesaingnya begitu sibuk menyaingi satu sama lain, sehingga gagal mengambil peluang lain yang sesungguhnya hadir di hadapan mereka. Ketika perusahaan lebih focus kepada pesaing dibandingkan dengan pelanggannya, maka mereka akan terdepak dari persaingan begitu ada pihak lain yang berhasil memahami pelanggan dengan baik dan mengambil peluang tersebut.

6. Envy
Envy bentuknya mirip dengan Wrath, namun disini perusahaan mengambil tindakan berupa meluncurkan `me too product` atau produk yang mirip, bukannya berinovasi sendiri. Perusahaan seringkali terjebak pada kondisi dimana mereka melihat bahwa pesaingnya sukses meluncurkan produk tertentu, sehingga kemudian ikut-ikutan meluncurkan produk serupa untuk menyainginya. Padahal, produk ini berpotensi gagal, karena pesaing sudah masuk ke pasar duluan dan menjadi market leader.

Daripada membuat produk tiruan, lebih baik jika perusahaan berusaha untuk mencari tahu kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi dengan produk pesaing, lalu menghantam pasar dengan produk, layanan atau business model hasil inovasi sendiri.

Popularitas BlackBerry dan iPhone di dunia mengakibatkan banyak produsen handset yang meniru keduanya. Segelintir kecil memang bisa dibilang sukses, namun yang gagal justru lebih banyak.

7. Pride
Pride terjadi ketika innovator merasa punya ide yang brilian, biasanya terjadi pada bos. Bos menginginkan idenya untuk diimplementasikan, padahal data yang diperoleh tidak mendukung. Karena Pride, maka ide tersebut terpaksa dijalankan, yang akhirnya gagal, sesuai dengan apa yang ditunjukkan oleh data sebelumnya. Intinya, ketika berhadapan dengan ide, maka harus ada data yang mendukung, baru inovasi bisa dijalankan.

Sumber:http://www.kotakgame.com/forums/showthread.php?t=6938&page=5

0 komentar: